Recent Posts

http://www.blogger.com/blogger.g?blogID=7235447792000988684#template/src=dashboard

Thursday 6 December 2012

Masuknya Dokter Asing di 2015, Solusi Kurangnya Tenaga Kesehatan?

Jakarta, Saat ini bisa dibilang jumlah dokter masih kurang jika harus dibandingkan dengan banyaknya penduduk Indonesia. Lalu apakah masuknya dokter asing pada tahun 2015 nanti bisa menjadi solusi?

"Bisa jadi solusi atau tidak, tapi menurut saya nggak bisa jadi solusi. Beberapa negara takut kemasukan dokter asing, kami tidak," ujar Dr dr Aru W Sudoyo, SpPD-KHOM, FINASIM, FACP selaku Ketua Umum PB PAPDI (Pengurus Besar Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia) dalam acara konferensi pers KOPAPDI XV di Bumbu Desa, Jakarta, dan ditulis pada Jumat (7/12/2012).

Dr Aru menjelaskan ada beberapa hal yang menyebabkan hal ini, seperti ada pangsa pasar sendiri-sendiri karena saat ini tetap saja ada yang berobat ke luar negeri, dan yang kedua sebagian besar masyarakat masih tetap pergi ke dokter lokal karena terkendala oleh komunikasi.

"Belum ada perangkat yang mengatur mereka (dokter asing), serahkan saja ke IDI (Ikatan Dokter Indonesia) dan pemerintah," ujar Dr Aru yang juga berpraktik di RS Medistra.

Sementara itu Dr Aru menuturkan untuk memberikan pelayanan pada masyarakat, jumlah dokter spesialis penyakit dalam umum perlu diperbanyak, dan dokter sub-spesialis tidak perlu terlalu banyak, karena terlalu mahal bagi pasien jika harus berobat ke dokter sub-spesialis.

"Sebagian besar orang kita sakit lebih dari 1 organ karenanya internis (penyakit dalam) umum sangat-sangat diperlukan. Memang perlu ada konsultan tapi bukan semua harus jadi konsultan," ujar Dr Aru.

Misalnya saja orang dengan penyakit jantung koroner hampir tidak bisa lepas dari faktor risiko seperti diabetes mellitus dan hiperlipida. Karena itu sangat penting peran dari dokter penyakit dalam umum sebelum dirujuk ke dokter sub-spesialis.

Sedangkan untuk meningkatkan penyebaran dokter spesialis kini dilakukan strategi beasiswa (scholarship), yang mana putra daerah dididik untuk belajar dan setelah selesai nanti ia harus kembali ke daerahnya.

"Dokter nggak betah karena aslinya bukan dari situ, karena itu putra daerah dikirim ke Jakarta dan menandatangani janji untuk kembali ke daerahnya, karena itu solusinya," tegas Dr Aru.

Solusi lainnya adalah melatih dokter umum di daerah tersebut dengan latihan pendidikan tertentu. Karena dokter umum tetaplah menjadi garis terdepan sehingga diharapkan tidak terjadi 'kecolongan'.

0 comments:

Post a Comment